Jika anda berkunjung ke Lombok jangan lupa untuk mengunjungi taman mayura cakranegara, salah satu kawasan cagar budaya yang sudah ditetapkan pemerintah. Taman yang dibangun oleh raja sebagai kelengkapan puri (Istana) raja ini sangat menarik untuk dijadikan salah satu destinasi ketika anda berada di Lombok. Taman mayura cakranegara dapat memberikan nilai yang sangat positif untuk menambah pengetahuan atau wawasan yang ada di dalamnya.
Taman Mayura yang terletak di Kelurahan Cakranegara Timur, Kecamatan Cakranegara di Kota Mataram ini berada tidak jauh dari pusat kota. Di sebelah barat kompleks taman ini dahulu merupakan kompleks Puri Kerajaan Ckaranegara dan bernama Puri Ukir Kawi. Namun kini kompleks puri tersebut telah menjadi tempat pemukiman penduduk, pertokoan dan perkantoran.
Sejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan sejarah keberadaan orang-orang Bali di Lombok. Taman ini sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Karangasem Sasak di Lombok pada awal abad ke-19. Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Mataram, Pagesangan, Sengkano dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai dengan tahun 1823 hanya tinggal dua kerajaan, yaitu Singasari dan Mataram. Kedua kerajaan ini pun berperang pula. Singasari kalah, raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta. Hanya dua orang anaknya yang masih kecil-kecil, laki-laki dan perempuan, yang sempat diamakankan dan dibawa ke Karangasem (Bali). Kendati mataram berada di pihak yang menang, namun rajanya tewas dalam peperangan itu. Sebagai pewaris tahta kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (Putra Mahkota) dan adiknya bernama Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem.
Pada pertengahan abad ke-19, Putra Mahkota Kerajaan Mataram membangun Puri di atas bekas Kerajaan Singasari yang hancur. Pembangunannya selesai pada tahun 1866. Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem, kemudian diganti menjadi Cakranegara. Tahun 1894 ketika terjadi perang melawan Belanda yang berakhir dengan kekalahan Mataram, Puri kerajaan hancur. Perisitiwa penting yang terjadi pada waktu itu ialag ditemukannya Keropak (naskah lontar) yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama. Pada waktu itu, keropak tersebut kemudian diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran yang paling lengkap tentang kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka Taman Mayura dan juga Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok, atau kerajaan Mataram yang kemudian mengganti nama menjadi Cakranegara. Tentang nama Taman mayura, muncul pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Pada mulanya Taman ini dikenal dengan nama Taman Kelepug. Nama ini diambil dari bunyi Kelepug-Kelepug suara yang keluar akibat derasnya mata air yang ada di kolam (telaga) taman itu.
Sebagai Taman Cagar Budaya
Sejak runtuhnya Kerajaan Mataram pada tahun 1894, Taman Mayura telah mengalami beberapa kali pemugaran. Tahun 1919 dipugar oleh pemerimtah Belanda. Beberapa buah bangunan dibiarkan musnah, ada yang letaknya digeser ada pula yang ditambah dengan bangunan yang dipindahkan dari Taman Lingsar. Pada tahun 1961 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lombok Barat juga memugar taman ini, dengan menambahkan dua buah gapura pada sisi selatan taman.
Tambahan kedua gapura itu dihapus pada waktu dilakukan pada waktu dilakukan pemugaran oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Bagian Proyek Sasana Budaya. Upaya untuk mengembalikan bangunan sesuai dengan aslinya terbentur pada ketiadaan data dan dokumentasi dari pemugaran-pemugaran yang dilakukan sebelumnya. Hasil maksimum yang dapat dijangkau adalah mengembalikan sesuai dengan keadaan sebelum dipugar tahun 1961. Karena pada waktu itu, tahun 1977, masih cukup banyak nara sumber yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan. Belum adanya kesamaan cara pandang terhadap keberadaan bangunan peninggalan sejarah dan purbakala atau sebagai Benda Cagar Budaya merupakan kendala tersendiri bagi upaya penyelamatan dan pelestarian bangunan tersebut.
Taman Mayura Cakranegara tak hanya sebagai objek peninggalan sejarah dan budaya namun kini juga mengemban fungsi sebagai tempat kegiatan ritual keagamaan, sarana rekreasi dan fungsi sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Karena statusnya masih digunakan sebagai sarana kegiatan ritual, maka tak heran jika Anda berkunjung ke sana Anda akan melihat orang-orang yang sedang melakukan sembahyang bagi umat Hindu. Masyarakat yang melakukan sembahyang dari Lombok saja melainkan dari Bali banyak juga yang melakukan sembahyang di sana, terutama pada hari-hari besar bagi umat Hindu.
Fungsi lain di Taman Mayura selain sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan adalah sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat sekitarnya yang mempunyai hobi memancing. Di Taman Mayura terdapat kolam yang mengelilingi Bale Kencana Taman Mayura dengan latar belakang Pura Meru dan oleh pengelola Taman tersebut ditabur benih ikan untuk pemancingan. Pada hari libur biasanya banyak pengunjung terutama masyarakat sekitarnya yang melakukan kegiatan dengan memancing. Sebelum peristiwa peledakan bom di Bali, Taman Mayura dulu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Sekarang tinggal beberapa wisatawan asing yang berkunjung di sana, selebihnya wisatawan domestik dari dalam Lombok atau dari luar Lombok.
Source : Seruu.com
Taman Mayura yang terletak di Kelurahan Cakranegara Timur, Kecamatan Cakranegara di Kota Mataram ini berada tidak jauh dari pusat kota. Di sebelah barat kompleks taman ini dahulu merupakan kompleks Puri Kerajaan Ckaranegara dan bernama Puri Ukir Kawi. Namun kini kompleks puri tersebut telah menjadi tempat pemukiman penduduk, pertokoan dan perkantoran.
Sejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan sejarah keberadaan orang-orang Bali di Lombok. Taman ini sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Karangasem Sasak di Lombok pada awal abad ke-19. Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Mataram, Pagesangan, Sengkano dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai dengan tahun 1823 hanya tinggal dua kerajaan, yaitu Singasari dan Mataram. Kedua kerajaan ini pun berperang pula. Singasari kalah, raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta. Hanya dua orang anaknya yang masih kecil-kecil, laki-laki dan perempuan, yang sempat diamakankan dan dibawa ke Karangasem (Bali). Kendati mataram berada di pihak yang menang, namun rajanya tewas dalam peperangan itu. Sebagai pewaris tahta kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (Putra Mahkota) dan adiknya bernama Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem.
Pada pertengahan abad ke-19, Putra Mahkota Kerajaan Mataram membangun Puri di atas bekas Kerajaan Singasari yang hancur. Pembangunannya selesai pada tahun 1866. Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem, kemudian diganti menjadi Cakranegara. Tahun 1894 ketika terjadi perang melawan Belanda yang berakhir dengan kekalahan Mataram, Puri kerajaan hancur. Perisitiwa penting yang terjadi pada waktu itu ialag ditemukannya Keropak (naskah lontar) yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama. Pada waktu itu, keropak tersebut kemudian diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran yang paling lengkap tentang kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka Taman Mayura dan juga Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok, atau kerajaan Mataram yang kemudian mengganti nama menjadi Cakranegara. Tentang nama Taman mayura, muncul pada masa pemerintahan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Pada mulanya Taman ini dikenal dengan nama Taman Kelepug. Nama ini diambil dari bunyi Kelepug-Kelepug suara yang keluar akibat derasnya mata air yang ada di kolam (telaga) taman itu.
Sebagai Taman Cagar Budaya
Sejak runtuhnya Kerajaan Mataram pada tahun 1894, Taman Mayura telah mengalami beberapa kali pemugaran. Tahun 1919 dipugar oleh pemerimtah Belanda. Beberapa buah bangunan dibiarkan musnah, ada yang letaknya digeser ada pula yang ditambah dengan bangunan yang dipindahkan dari Taman Lingsar. Pada tahun 1961 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lombok Barat juga memugar taman ini, dengan menambahkan dua buah gapura pada sisi selatan taman.
Tambahan kedua gapura itu dihapus pada waktu dilakukan pada waktu dilakukan pemugaran oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Bagian Proyek Sasana Budaya. Upaya untuk mengembalikan bangunan sesuai dengan aslinya terbentur pada ketiadaan data dan dokumentasi dari pemugaran-pemugaran yang dilakukan sebelumnya. Hasil maksimum yang dapat dijangkau adalah mengembalikan sesuai dengan keadaan sebelum dipugar tahun 1961. Karena pada waktu itu, tahun 1977, masih cukup banyak nara sumber yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan. Belum adanya kesamaan cara pandang terhadap keberadaan bangunan peninggalan sejarah dan purbakala atau sebagai Benda Cagar Budaya merupakan kendala tersendiri bagi upaya penyelamatan dan pelestarian bangunan tersebut.
Taman Mayura Cakranegara tak hanya sebagai objek peninggalan sejarah dan budaya namun kini juga mengemban fungsi sebagai tempat kegiatan ritual keagamaan, sarana rekreasi dan fungsi sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Karena statusnya masih digunakan sebagai sarana kegiatan ritual, maka tak heran jika Anda berkunjung ke sana Anda akan melihat orang-orang yang sedang melakukan sembahyang bagi umat Hindu. Masyarakat yang melakukan sembahyang dari Lombok saja melainkan dari Bali banyak juga yang melakukan sembahyang di sana, terutama pada hari-hari besar bagi umat Hindu.
Fungsi lain di Taman Mayura selain sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan adalah sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat sekitarnya yang mempunyai hobi memancing. Di Taman Mayura terdapat kolam yang mengelilingi Bale Kencana Taman Mayura dengan latar belakang Pura Meru dan oleh pengelola Taman tersebut ditabur benih ikan untuk pemancingan. Pada hari libur biasanya banyak pengunjung terutama masyarakat sekitarnya yang melakukan kegiatan dengan memancing. Sebelum peristiwa peledakan bom di Bali, Taman Mayura dulu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Sekarang tinggal beberapa wisatawan asing yang berkunjung di sana, selebihnya wisatawan domestik dari dalam Lombok atau dari luar Lombok.
Source : Seruu.com
EmoticonEmoticon