Kamis, 15 Desember 2016

Obyek Wisata Dieng | Berkunjung ke Dieng Plateau Demi Si Anak Gimbal

Dieng merupakan daerah yang cukup populer di Indonesia, memiliki iklim cuaca yang dingin dan panorama alam yang indah membuat siapapun kagum dibuatnya. Sering disebut juga dengan "Negeri Di atas Awan", daratan tinggi Dieng memang memiliki alam yang sangat kaya, terbukti dengan berbagai jenis sayur mayur mampu tumbuh subur di tanahnya. 

Selain memiliki potensi alam yang baik, ternyata Dieng juga memiliki keunikan lain yaitu tentang sebuah misteri anak-anak asli Dieng yang memiliki rambut gimbal. Berbeda halnya dengan penyanyi genre Reggae yang identik dengan rambut gimbalnya, dimana pada umumnya rambut dibiarkan memanjang lalu disulam, sehingga memiliki bentuk gimbal yang bulat. Namun khusus anak gimbal Dieng mereka memiliki pola rambut yang berbeda, dimana rambut pada anak ini memiliki bentuk yang tak beraturan dan saling menempel satu sama lain dimulai langsung dari kulit kepala  hingga ujung rambut. Masyarakat Dieng biasanya menyebut anak unik ini dengan "Anak Gembel". Keunikan inilah yang membuat nama Dieng Plateau cukup populer di Indonesia, bahkan di kanca internasional. Dimana nama Dieng dimasukkan sebagai salah satu daerah/desa/perkampungan yang memiliki gaya rambut yang unik selain Africa. Sehingga tak heran jikalau banyak turis mancanegara yang datang berkunjung ke tempat ini. 

Penasaran akan potensi alam dan kisah para anak gimbal tersebut, maka saya memutuskan untuk berangkat langsung dari Jakarta untuk menuju kawasan Dieng, Wonosobo. Dimana saya mencoba mengunjungi banyak tempat di Dieng, demi ingin bertemu langsung dengan anak-anak tersebut. Kamu dapat simak secara detail tentang pengalaman ini dalam konten artikel dibawah ini.

Pada siang hari ini saya akan mengulas secara detail perihal obyek wisata Dieng atau Berkunjung ke Dieng Plateau demi si anak gimbal. Semoga segala informasinya dapat diterima dan membantu bagi kamu atau para pembaca budiman lainnya.

welcome to dieng
welcome to Dieng Plateau

Sebelumnya apakah kamu tau tentang awal mula kemunculan sejarah anak gimbal di Dieng? baiklah saya akan mencoba menjelaskan secara singkat tentang kemunculannya. Berawal sekitar 600 tahun yang lalu, terdapat seorang tokoh bernama Kyi Kolodete dan istrinya bernama Roro Ronce. Beliau mengemban tugas untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram dan memilihara kesejahteraan bagi para warga asli keturunan Dieng. Suatu ketika, Mbah Kolodete mendapatkan sebuah mimpi yang mempertemukan ia dengan Sang Penguasa Laut Selatan Kanjeng Nyi Roro Kidul. Menurut mimpi tersebut, kelak akan muncul sosok dari keturunan asli Dieng yang memiliki rambut gimbal dan kepercayaan tentang semakin banyak bermunculannya rambut gimbal ini, memiliki arti meningkatnya kesejahteraan masyarakat Dieng. Para anak gimbal tidak serta merta memiliki rambut gimbal sejak awal kelahirannya, melainkan ketika mereka balita umumnya sakit demam tinggi terlebih dahulu. Kemudian barulah rambut para anak tersebut menempel/merekat satu sama lain. 

Para anak gimbal diperlakukan secara istimewa, untuk rambut mereka pun tak boleh dipotong sembarang. Jika hal itu dilakukan, maka anak tersebut akan jatuh sakit. Oleh karena itu tak heran jikalau sekolah-sekolah yang ada di Dieng tak mempermasalahkan rambut panjang gimbal mereka. Untuk rambut gimbal, hanya bisa dipotong/dicukur melalui ritual adat yang diadakan satu tahun sekali. Namun sebelum dipotong, para orang tua harus menuruti permintaan sang anak begitu ia terbangun dari tidur sebelum prosesi dimulai. Ya, lucunya terkadang permintaannya diluar akal, ada yang meminta kambing berjumlah 1000 ekor, ataupun permintaan yang cukup mudah seperti contohnya sang anak hanya minta digendong ataupun hanya meminta mainan saja. Jika permintaannya mudah untuk dituruti, maka rambut akan bisa dipotong, namun apabila permintaan tak bisa dituruti maka rambut akan tetap tumbuh gimbal. Secara umum tingkah laku para anak gimbal ini pun sedikit berbeda dengan anak lainnya, dimana biasanya anak berambut gimbal mempunyai prilaku aktif.

Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju terminal Wonosobo, dimana kamu dapat menggunakan sarana kereta api ataupun bis antar kota. Setibanya di terminal tersebut, kamu diharuskan melanjutkan perjalanan menuju kawasan Dieng dengan menggunakan kendaraan elf, dengan biaya sekitar Rp. 15.000/orang. Sesampainya di Dieng, petualangan mencari anak gimbal pun di mulai dengan mencoba mencari di pegunungan Dieng yaitu di Gunung Prau. Mendaki gunung setinggi 2.565 mdpl pun kami lakukan, kamu juga dapat membaca selengkapnya tentang Pendakian Gunung Prau. Pendakian gunung saya lakukan dengan asumsi awal bahwasanya anak-anak gimbal tersebut berlokasi disebuah area perkampungan di gunung. Namun ternyata saya salah, tak kami dapati satu perkampungan ataupun anak gimbal di puncak gunung Prau. Perjalanan pun saya lanjutkan dengan turun gunung melalui jalur Dieng. 

Tiba di kawasan wisata Dieng, tujuan pertama ialah mendatangi pusat informasi tempat wisata di Dieng agar mendapatkan informasi guna sebagai pegangan dalam petualangan kali ini. Berdasarkan informasi yang didapat dari pengurus tempat tersebut, menerangkan bahwasanya anak-anak gimbal biasanya tersebar di seluruh perkampungan yang ada di Dieng. Bingung harus dimulai mencari dimana, saya pun berjalan tanpa arah ke setiap perkampungan yang ada. Namun sayang, hasil nihil saya dapatkan. Meskipun dari informasinya yang menyebutkan bahwasanya banyak anak gimbal yang tersebar di perkampungan, nyatanya cukup sulit menemukannya. Setelah menentukan destinasi tujuan perjalanan, maka saya memutuskan untuk datang mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Dieng Plateu dengan harapan dapat bertemu dengan salah satu anak gimbal. Berikut uraiannya,

  • Plataran Dieng di kawasan Candi Arjuna
candi arjuna
suasana Candi Arjuna
Candi Arjuna merupakan sebuah lokasi tempat untuk sebuah ritual adat bilamana ingin memotong rambut gimbal yang ada pada anak-anak gimbal. Dikarenakan mengingat banyaknya jumlah anak Dieng yang berambut gimbal, maka pemerintah setempat berinisiatif untuk mengemas ritual tersebut dalam Dieng Culture Festival guna meningkatkan pariwisata Dieng. Dieng Culture Festival umumnya perhelatannya digelar sekali dalam satu tahun, biasanya di lakukan setiap bulan Agustus. Sebelum upacara dimulai biasanya akan diadakan sesembahan dan juga tari-tarian seperti Tari Rampak, Tari Yakso dan Tari Warog. Namun dikarenakan saya datang bukan bertepatan dengan acara wisata budaya Dieng ini, maka keadaan candi tersebutpun sepi akan pengunjung. 
  • Dieng Plateau Theater 

dieng plateau theater
tampak depan Dieng Plateau Theater

Terletak tak jauh dari kawasan Candi Arjuana, dimana terdapat bangunan yang cukup megah dengan kapasitas 60 bangku. Dieng Platau Theater dibangun oleh pemerintah dan dinas pariwisata setempat guna memberikan sarana fasilitas untuk para wisatawan agar bisa mendapatkan informasi melalui beberapa film dokumenter seperti yang berjudul Bumi Khayangan Dieng Plateau dengan durasi sekitar 20 menit.
  • Bukit Sikunir
Dieng
view sunrise di Bukit Sikunir
Merupakan obyek wisata di Dieng yang cukup terkenal, pasalnya menjadi spot terfavorit bagi para wisatawan untuk dapat menikmati moment terbitnya Sang fajar/sunrise. Terletak di Desa Sembungan yang berlokasi di atas sebuah bukit, maka tak heran jika desa ini disebut sebagai desa/perkampungan tertinggi di Jawa Tengah. Untuk waktu terbaik dapat menikmati sunrise di Bukit Sikunir sekitar periode antara Juli-Agustus, dimana pada periode tersebut bertepatan dengan musim kemarau, sehingga langit akan bersih tanpa awan mendung dan tidak ada hujan. Selain terdapat Bukit Sikunir, pada kawasan lokasi ini terdapat pula sebuah tempat wisata lain yaitu Kawah Cebong dengan memiliki ketinggian sekitar 2.300 mdpl. Cukup tinggi bukan? ya, maka tak heran jikalau banyak yang menyebutnya "telaga di atas awan".
  • Telaga Warna
telaga warna
suasana Telaga Warna
Telaga Warna adalah tujuan wisata berikutnya yang saya kunjungi. Dimana memiliki ketinggian sekitar 2000 mdpl dan panorama alam yang cukup indah berupa hutan yang mengelilingi. Terdapat pula beberapa situs goa yang berada di kawasan ini. Menurut mitos para warga setempat di telaga inilah lokasi Kyi Kolodete sering bertemu dengan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Sehingga tempat ini dikeramatkan oleh para warga, karena dianggap sebagai pintu yang menghubungkan langsung dengan laut Selatan. Kawasan Dieng sebetulnya merupakan kawasan pegunungan vulkanik yang masih aktif, sebagai buktinya kepulan asap yang masih beraktifitas pada Kawah Sikidang. Kemudian pada Telaga Warna yang memiliki kandungan sulfur yang sangat tinggi. Maka tak heran jika disekitar telaga ini tercium bau belerang yang sangat kuat. Kandungan sulfur inilah yang menyebabkan bilamana terkena sinar matahari, maka warna air akan berubah warna, dimana terkadang berubah menjadi merah, hijau, biru, putih dan lembayung. 
  • Telaga Pengilon

telaga pengilon
telaga pengilon
camping di telaga warna
camping di Telaga Pengilon
camping
anak daerah lagi kecapean
Terletak bersebelahan dengan Telaga Warna, namun memiliki keunikan tersendiri. Dimana hanya dibatasi oleh daratan pembatas dengan luas sekitar 10 meter saja, namun memiliki perairan yang tak sama dengan Telaga Warna. Bila dalam penjelasan sebelumnya Telaga Warna memiliki air dengan kandungan sulfur yang tinggi, untuk Telaga Pengilon tak memiliki kandungan sulfur atapun bau belerang yang menyengat. Cukup aneh bukan? bagaimana bisa, dengan lokasi yang berdekatan namun memiliki perbedaan. Lucu atau bodohnya saya, tak mengetahui tentang kronologi kedua telaga ini yang dikeramatkan oleh para warga sekitar. Saya tanpa curiga malah berkemah di sekitar Telaga Pengilon ini, rasa aneh memang sempat terlintas dalam benak. Pasalnya dari 3 orang warga yang melintas melontarkan pertanyaan yang sama pada saya, yaitu "Mas Camping disitu? Cuma berdua kok berani? ya, dikarenakan saya tak tau apa-apa, saya hanya tersenyum saja. Namun syukur alhamdulillah masih dalam perlindungan Allah SWT, tak terjadi hal apapun kala malam itu.

Setelah mendatangi beberapa lokasi wisata Dieng Plateau yang ada, saya masih tak bisa menemukan seoang anak gimbal pun. Rasa pasrah dan lelah menghampiri tubuh ini, dengan kecewa saya berjalan kearah pos pendakian Patak Banteng, yang sebelumnya menjadi titik start saya untuk mendaki Gunung Prau. Duduk termenung ditepi jalan seraya mencoba mengisi perut dengan makanan khas Dieng yaitu Mie Ongklok dan menunggu angkutan elf, saya malah dikejutkan dengan seorang anak laki-laki berumur sekitar 12 Tahun menyebrang jalan dengan rambut gimbal panjang.

mie ongklok
mie ongklok

Berteriak dan langsung mengejar itu adalah respon pertama yang saya lakukan. Ternyata anak tersebut tinggal tak jauh di sebrang pos Patak Banteng. Memiliki nama "Alfarizi", seorang anak laki-laki berparas manis dan lugu. Ternyata ia adalah sosok yang sering saya lihat dibeberapa acara stasiun tv swasta. Dalam penuturannya ia mengaku memang beberapa kali diundang dalam acara talkshow yang dibintangi oleh pesulap Indonesia ataupun yang dibintangi oleh pelawak terkenal Indonesia yang identik dengan kumis ala ikan lele. Menurut pengakuannya terdapat pula beberapa selebriti yang sempat datang berkunjung kerumahnya. Tak heran jikalau ia menjadi icon anak Gimbal Dieng yang telah cukup terkenal.



Berfoto dan berbincang dengan Alfarizi tak kami sia-siakan. Dengan ramah, bocah kecil tersebut menawarkan untuk makan dan beristirahat di kediamannya. Kembali terkejut saya, ketika ia memperkenalkan adik perempuannya yang juga memiliki rambut gimbal. Ia bercerita bahwa, rambut gimbal yang ia miliki berawal ketika ia sakit demam tinggi ketika berumur 5 Tahun. Anak periang dan aktif tersebut pun, memperkenalkan kakeknya yang juga ikut bercerita tentang asal usul sejarah anak gimbal Dieng. Bercerita, bercanda dan makan bersama mencairkan suasana siang kami. Alfarizi pun bercerita bahwa ia mempunyai sebuah group Band yang telah mengeluarkan sebuah single yang dapat dilihat dalam youtube. Membeli oleh-oleh khas Dieng yaitu carica yang dijual oleh ibu dari Alfarizi tak lupa sebagai buah tangan untuk keluarga dirumah. Merasa senang dan puas dapat bertemu langsung dengan anak gimbal Dieng, serta mendapatkan sumber informasi yang terpercaya perihal sejarah Dieng Plateau. Mengingat segala potensi yang terdapat di Dieng Plateau, tak mengherankan jikalau menjadikan daerah ini sebagai tempat wisata di Jawa Tengah terbaik.

Dieng
ketemu juga dengan si Gimbal
Dieng
berfoto ria dengan si Gimbal


*Fakta yang tak banyak diketahui orang tentang Dieng Plateau
  1. Jika diperhatikan pada wajah warga Dieng terdapat sebuah bercak merah pada pipi, menurut seorang warga yang saya temui, ia menuturkan bahwasanya hal tersebut menjadi penanda jika orang tersebut adalah keturunan asli Dieng. Namun jika menurut logika saya, mungkin saja hal tersebut terjadi karena letak Dieng yang cukup tinggi dan dekat dengan matahari. Namun itu hanya asumsi saya saja.
  2. Tidak terdapat satu ular pun di kawasan Dieng. Menurut penuturan seorang warga, hal tersebut terjadi karena adanya sebuah perjanjian Mbah Kolodete dengan Nyi Roro Kidul, yang meminta agar di kawasan ini bebas dari ular.
Melihat segalanya yang tersaji begitu apik dalam Negeri Khawangan Dieng ini membuat beribu ucapan syukur terlontar dari bibir yang penuh dosa ini. Petualangan yang telah dilalui menjadi penambahan wawasan, pengalaman serta pengetahuan  yang tak ternilai harganya. Dalam alam semesta, maka kita akan mendapatkan pencerahan tentang tujuan hidup, dan makna hidup. Renungilah hal tersebut agar kamu dapat menemukan sebuah petunjuk. Hidup adalah memilih, namun untuk memilih yang terbaik, kamu haruslah tau siapa terlebih dahulu diri kamu yang sebenarnya, apa yang kamu perjuangkan, kemana kamu ingin pergi dan mengapa kamu ingin sampai disana? Barulah kamu tau indahnya hidup ini.

Demikianlah ulasan saya kali ini perihal obyek wisata Dieng atau berkunjung ke Dieng Plateau demi si Anak Gimbal. Semoga informasinya dapat dijadikan sumber referensi bagi kamu ataupun para pemmbaca budimana dimana pun anda berada.


EmoticonEmoticon